Sabtu, 28 Maret 2009

Sutan syahrir; seorang politisi dan negarawan
Oleh gustrivoni
Sutudent of international focus program ushuludin faculty
Pernah di tuturkan oleh menteri negara pemuda dan olahraga Republik Indonesia DR.adiyaksa Dault dalam salah satu orasinya, bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami surplus politisi, sedangkan negarawan mengalami defisit, jarang sekali kita temui sosok seorang tokoh di samping ia politisi, ia juga seorang negarawan, dia melihat antara politisi dan negarawan merupakan dua sisi yang berbeda , politisi hanya berbuat untuk kepetingan politik dan golongannya semata, sedangkan negarawan mengabdikan dirinya untuk kepentingan bangsa dan negara tanpa pamrih.
Antara negarawan dan politisi saling terkait, seorang negarawan mesti dari golongan politisi arti kata negarawan sudah barang tentu politisi tetapi tetapi politisi belum tentu negarawan, sosok idealnya memang seseorang harus mampu mensinergikan dua sisi itu, namun hampir tidak kita temukan orang yang ideal yang di maksud, karena langkanya.
Sederetan tokoh-tokoh pejuang bangsa yang kita miliki , memang pantas dan semestinya kita menghargai dan mencontoh atas perjuangan yang begitu tulus terhadap negri pertiwi ini, sehingga sejumlah kemajuan dan prestasi tidak bisa terlepas dari mereka negarawan, terutama dalam rangka mengantarkan kemerdekaan indonesia.
Penuturan DR.Adiyaksa Dault tersebut, mengingatkan kita tentang tokoh politik dan perjuangan kemerdekaan indonesia yaitu Sultan syahrir (1909-1966) tokoh pendiri bangsa yang di lahirkan di koto gadang Sumatra Barat, Syahrir terhitung sebagai seorang yang sukses dalam dunia pendidikan, setelah tamat dari AMS Bandung, Syahrir melanjutkan pendidikan nya Gemeentelijeke Universiteit di Negri Belanda, karir politik Syahrir di mulai semenjak ia bergabung dalam perhimpunan Indonesia sewaktu ia masih menjadi mahasiswa di Belanda, pengabdiannya terhadap tanah air sudah ia mulai ketika menjadi mahasiswa, sehingga kembalinya ke tanah air, perjuangan Syahrir melalui jalur politik berlanjut dengan mendirikan Partai Nasional Indonesia pada tahun 1931 dan menjadi pelopor dari berbagai gerakan-gerakan dalam menentang pemerintahan Belanda.
Perjuangan nya yang telah lama ia rintis semenjak berstatus mahasiswa, membuatnya ia tidak cangkung dalam melakukan gerakan-gerakan menentang Belanda, partai PNI (partai Nasional Indonesia) nya yang semula ia pimpimpin kemudian berubah menjadi PNI (pendidik Nasional Indonesia), aktivitasnya di PNI membuatnya di asingkan oleh Belanda bersama M.Hatta ke Buven-Digul pada tahun 1935, dan di pindahkan ke Bandaneira pada tahun 1936, menjelang perang pasifik Syahrir di pindahkan ke Sukabumi dan di bebaskan ketika Jepang mendarat pada tahun 1942.
Setelah di bebaskkan dari penjara, Syahrir bukan nya jera, tapi malah semakin bersemangat meneruskan gerakan nya, pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 Syahrir bergerak di bawah tanah, setelah proklamasi kemerdekaan syahrir memimpin partai sosialis bersama Amir syarifuddin, Syahrir melakukan tranformasi diri dari seorang politisi menjadi negarawan abdi negara ketika sejumlah jabatan penting mulai di embannya seperti Ketua BP KNIP Oktober 1945, perdana menteri merangkap menteri Dalam dan luar negri Nov 1945 -Mar 1946 yang selanjutnya di kenal dengan kabinet Syahrir I; dan selanjutnya sampai jun 1947 memimpin kabiner Syahrir II Agust - Okt 1946 dan kabinet Syahrir III Okt 1946 – jun 1947.
Politik perundingan nya dengan Belanda mendapat tantangan keras, terutama dari persatuan perjuangan pimpinan Tan Malaka, sehingga Syarir di culik pada 27 jun 1946 bersama beberapa menterinya, kendatipun pada akhirnya Syahrir di bebaskan atas seruan presiden soekarno pada 1 juli, selanjutnya terjadi peristiwa 3 juli sebagai usaha perebutan kekuasaan, kekuasaan sementara di tangani oleh presiden, sampai kabinet Amir Syarifudin terbentuk, Syahrir kembali berkarir di angkat menjadi penasehat presiden dan meletakkan jabatan sebagai ketua Delegasi RI untuk perundingan dengan Belanda.
Sewaktu agresi militer ke-1 21 juli 1947 Syharir menjabat sebagai duta besar keliling, dan syahrir sempat lolos ke luar negri memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada forum PBB; Syahrir mendesak campur tangan Dewan Keamanan-PBB dan agar di bentuk badan arbitrasi yang tidak berpihak, ketika itu terlihat puncak karir Syahrir sebagai seorang politisi namun sangat di sayangkan Perjuangan syahrir tersendat, nasib baik tidak berpihak pada Syahrir, waktu itu partai sosialis pecah, sehingga Syahrir bersama kawan-kawannya terdorong untuk mendirikan PSI (partai sosialis Indonesia) untuk memperkuat dukungan politiknya sampai akhirnya partai ini di bubarkan oleh pemerintah pada 17 agustus 1960 , aktivitas Syahrir di PSI itulah yang membuatnya di penjarakan oleh presiden soekarno pada tahun 1962.
Syahrir di tangkap dan di penjara pada bulan januari 1962 atas dakwaan dalam usaha pembunuhan terhadap presiden soekarno, selama dalam tahanan Syahrir menderita sakit tekanan darah tinggi dan Brain stroke , sehingga mengantar Syahrir pada peristirahatan terakhir, Syahrir meninggal di Swiss pada tahun 1966 dalam kedudukannya sebagai tahanan politik dan dimakamkan di taman kalibata dan di nyatakan sebagai pahlawan nasional.
Sejumlah prestasi cemerlang telah di raih Syharir didunia politik dan juga sebagai abdi negara, hampir seluruh hayatnya, ia abdikan untuk kepentingan bangsa dan negara, sampai di akhir hayat Syahrir , ketika Syahrir meninggal dunia, Syahrir masih berkedudukan tahanan politik, hal itu menandakan Syahrir sebagai politisi yang juga memiliki lawan politik , dan setelah ia meninggal, Syahrir dinyatakan sebagai pahlawan nasional yang menandakan Syahrir sebagai Negarawan yang sangat berjasa bagi bangsa ini, tidak sedikit jabatan-jabatan penting dan strategis di berikan amanah kepadanya, perjuangannya yang di landasi dengan semangat nasionalisme dapat membawa indonesia keluar dari penjajahan, lika-liku kehidupan Syahrir Sebagai Politisi dan Negaraewan abdi negara patut kita catat dan kita garis bawahi, perjuangannya akan selalu di kenang oleh bangsa indonesia sampai akhir zaman.